Seri Belajar dari Negara Lain Mengatasi Pandemi COVID-19

Foto: thenational.ae
Mari berbagi
Mas Awo

Tidak banyak yang menyangka kalau virus corona sampai menyasar elite Inggris. Pewaris tahta Kerajaan Inggris, Pangeran Charles dan Perdana Menteri Boris Johnson serta Menteri Kesehatan Menteri Kesehatan Matt Hancock positif terinfeksi virus corona. Sebelumnya Menteri Muda Kesehatan Inggris, Menteri Muda Kesehatan Inggris Nadine Dorries, juga sudah mengaku terjangkit Covid-19 pada 11 Maret 2020.

Kondisi tersebut menyebabkan Inggris mengambil kebijakan penguncian wilayah atau lockdown untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Meski pada wal lockdown hanya untuk tiga minggu, namun ada kemungkinan diperpanjang. Jika itu dilakukan, event bergengsi Formula-1 yang dijadwalkan berlangsung di Sirkuit Silverstone pada 17 – 19 Juli 2020, terancam tertunda. Panitia mengaku kewalahan kalau persiapannya mepet karena status lockdown. “Cepat atau lambat, keputusan (soal nasib balapan) harus segera dibuat,” ujar Managing Director Sirkuit Silverstone, Stuart Pringle, dikutip oleh The Guardian.

Meski begitu, Pringle tak mau asal menyimpulkan nasib balapan. Keputusan ada di tangan Formula 1. “Keputusan bukan sepenuhnya di tangan kami. Kami tak akan melakukan sesuatu tanpa persetujuan dengan Formula 1. Kami tengah berkomunikasi intens, mencoba mencari solusi yang tepat,” kata Pringle.

Laporan terkini menyebutkan, sudah ada 8 seri balapan yang batal terlaksana karena pandemi virus corona. Sebanyak enam balapan ditunda, sedangkan dua sisanya tak akan dijadwalkan ulang. Balapan yang ditunda yakni Grand Prix Bahrain, Vietnam, China, Belanda, Spanyol, dan Azerbaijan. Sedangkan yang dibatalkan adalah GP Australia dan Monako.

Sebagaimana yang terjadi di negara Eropa lainnya, Inggris menerapkan kebijakan pembatasan pertemuan, perintah menjaga jarak sosial, penutupan tempat hiburan dan toko kecuali penyedia kebutuhan pokok, sampai pengurangan sarana transportasi umum. Warga hanya dapat meninggalkan rumah hanya untuk berbelanja makanan pokok, berolahraga sekali sehari dan pekerjaan penting.

Adapun kebijakan makro khususnya menyangkut fiskal dan keuangan, diputuskan untuk: (i) menambah pendanaan untuk National Health Service (NHS) dan layanan publik lainnya  sebesar £ 5 miliar; (ii) mengalokasikan dana sebesar £ 27 miliar untuk mendukung sektor bisnis termasuk penangguhan pajak properti, hibah langsung untuk perusahaan kecil di sektor yang paling terkena dampak, dan kompensasi untuk cuti sakit; dan (iii) memperkuat jaring pengaman sosial untuk mendukung orang-orang yang rentan dengan kuucuran dana sebesar £ 7 miliar.

Baca juga: Seri Belajar dari Negara Lain Mengatasi Pandemi COVID-19, Italia Bayar Mahal Kebobolanya, Spanyol Langsung Nyatakan Keadaan Darurat

Pemerintah juga meluncurkan dengan Skema Pinjaman Gangguan Usaha Bisnis Bank Inggris untuk mendukung UKM (Usaha Kecil Menengah); menunda pembayaran PPN (Pajak Pertambahan Nilai) untuk kuartal berikutnya sampai akhir tahun keuangan; dan akan membayar 80 persen dari gaji karyawan cuti hingga maksimum £ 2.500 per karyawan per bulan untuk periode awal 3 bulan. Untuk mendukung respons internasional, pemerintah telah menyediakan £ 150 juta untuk Containment and Relief Trust IMF.

Virus corona dilaporkan sudah menjangkiti 17.312 orang di Britania Raya. Sebanyak 1.019 orang meninggal, yang sembuh baru 135 orang. Data tersebut berdasarkan catatan John Hopkins University hingga Minggu (29/3/2020).

Di negeri yang terkenal sebagai pusat mode, Perancis, virus corona menyebar dengan cepat ke seluruh negeri dengan lebih dari 19.800 kasus yang dikonfirmasi, sampai akhir pekan lalu otoritas kesehatan menyatakan jumlah total korban meninggal mencapai 1.696 orang. Tambah 365 orang meninggal dalam 24 jam merupakan jumlah korban meninggal tertinggi dalam sehari.

Jam malam juga diberlakukan di negeri ini, menyusul kebijakan pemerintah untuk mengurangi penyebaran termasuk penutupan sekolah, larangan berlibur, perjalanan jarak jauh, pemberlakukan jam malam di beberapa kota. Bahkan karena mempertimbangkan kepadatan rumah sakit di suatu wilayah, pemerintah memperbantukan pesawat militer dan kereta super cepat untuk mendukung pemindahan pasien dari Perancis Timur yang merupakan wilayah pertama terkena endemic, ke wilayah Nouvelle-Acquitaine di barat daya. Pemindahan dengan kereta super cepat juga melibatkan puluhan ambulance yang harus anter menunggu di luar stasiun Bordeaux.

Lewat undang-undang anggaran yang diamandemen, diperkenalkan paket fiskal € 45 miliaratau setara Rp 765 triliun. Dana yang mencakup sekitar 2 persen dari PDB (produk domestic bruto) itu, belum termasuk dukungan likuiditas dan € 300 miliar (sekitar 13 persen dari PDB) sebagai jaminan negara untuk pinjaman bank kepada sektor bisnis.

Adapun dukungan fiskal termasuk (i) perampingan dan peningkatan asuransi kesehatan untuk orang sakit atau pengasuh mereka; (ii) meningkatkan pengeluaran untuk persediaan kesehatan; (iii) penundaan jaminan sosial dan pembayaran pajak perusahaan; (iv) dukungan upah pekerja di bawah skema pengurangan jam kerja; (v) dukungan keuangan langsung untuk UKM yang terkena dampak dan wiraswasta; dan (vi) penundaan pembayaran sewa dan utilitas untuk UKM yang terkena dampak. (awo-bersambung)

Baca juga: Belajar dari Negara Lain Mengatasi Pandemi COVID-19, China Alokasikan Anggran Sekitar Tiga Ribu Triliun Rupiah

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*