Marak Taksi Online, Sopir Angkuta di Solo Keluhkan Sepinya Penumpang

sopir
Angkutan kota Solo | Foto: kotakita.org
Mari berbagi

JoSS, SOLO – Kalangan sopir angkutan kota (Angkuta) di Solo mengeluhkan sepinya penumpang akibat maraknya jasa layanan ojek dan taksi berbasis daring/online. Jasa layanan angkuta kita kini diambang kehancuran.

Pengemudi angkuta koridor 9, Darmanto mengatakan pelanggannya mulai berpaling ke ojek online dan taksi online sejak setahun terakhir. Kini sopir angkuta hanya memanfaatkan penumpang berusia lanjut yang tidak paham menggunakan teknologi.

Dia menambahkan, jika dulu jam-jam pulang sekolah angkutannya selalu penuh, namun kini pelajar lebih memilih menggunakan ojek online, karena lebih mudah mendapatkan jasa transportasi hanya dengan menggunakan gadget mereka.

“Sekarang siapa yang mau naik angkuta? Orang-orang yang bisa pegang smartphone rata-rata ya pindah pilih ojek online atau taksi online karena mudahTinggal klik, sopir datang menghampiri,” jelas Darmanto, Seperti dikutip dari Solopos, Kamis (11/10).

Dia menambahkan penurunan jumlah penumpang tersebut mempengaruhi pendapatan sopir. Darmanto menyebut pendapatannya kini hanya sepertiga daripada 2016. Darmanto bercerita dua tahun lalu, dia bisa membawa pulang uang bersih Rp150.000/hari.

Sekarang, Darmanto kesulitan mendapatkan penghasilan bersih Rp50.000/hari. Darmanto berharap pemerintah memperhatikan nasib para pengemudi angkuta. Darmanto ingin pemerintah memberikan subsidi dana untuk operasional angkuta.

Baca juga: Gandeng Negara-Negara Islam PT Bio Farma Produksi Vaksin Halal

“Sekarang kondisi usaha angkuta itu bukan parah lagi, tapi hancur. Kami terus bertahan karena tidak ada pekerjaan lain. Jika ada kesempatan mungkin saya dan teman-teman sudah meninggalkan pekerjaan ini [menjadi sopir angkuta],” jelas Darmanto.

Koordinator paguyuban sopir angkuta di koridor 9, Lendroyono, menyebut mereka membutuhkan dukungan dari pemerintah untuk terus menghidupkan layanan angkutan umum.

Dukungan yang diperlukan adalah peremajaan armada. Para pengemudi angkuta kuning berharap segera mendapatkan angkutan feeder (pengumpan) karena lebih diminati masyarakatPengemudi angkuta termasuk dirinya rela mengganti cat angkuta secara mandiri dari kuning menjadi biru lantaran tak kunjung mendapat bantuan feeder.

“Kami berharap Pemkot segera menyediakan armada feeder untuk dibagikan kepada semua pengemudi angkuta. Peremajaan armada ini perlu untuk menarik kembali minat masyarakat memanfaatkan angkuta,” ujar Lendroyono.

Ketua Koperasi Trans Roda Sejati (TRS), Triyono, sebelumnya mengakui 10 anggotanya beralih pekerjaan menjadi pengemudi taksi online. Mereka diizinkan menjadi pengemudi taksi online pelat hitam yang dikelola pengurus Koperasi TRS.

Triyono mengklaim Koperasi TRS mendapatkan izin operasional taksi online dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) dengan kuota lima taksi. Sedangkan lima taksi online lainnya, kata dia, belum mendapatkan izin operasional. TRS mengelola taksi online sebagai usaha pengembangan. (lna)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*