Jalan Sunyi WO Ngesti Pandawa dari Terkalahkan oleh “Showbiz” Masa Kini

Mari berbagi
Bambang Iss Wirya

Gedung Ki Narto Sabdo yang berada di Kompleks TBRS bisa digunakan oleh siapa pun untuk berbagai kepentingan, baik perhelatan atau bisnis pertunjukan (showbiz). Ditambah lagi dengan sifat penggunaan gedung yang pinjam pakai, maka mau tidak mau WO Ngesti Pandawa sering dikalahkan oleh iklim showbiz yang ada di Kota Semarang. Persisnya, jika TBRS disewa untuk sebuah pentas pertunjukan terkait showbiz bersponsor, maka hampir bisa dipastikan Ngesti Pandawa akan terdampak.

Pementasan musik berskala nasional sering menggunakan TBRS dan sekitarnya, mau tidak mau dengan kekuatan produksi tata suara yang ribuan watt, maka suara akan meluber sampai di dalam gedung wayang. Bahkan panggung musik tidak jarang berada persis di halaman parkir Ngesti Pandawa atau di teater terbuka, maka ingarbingar musik dirasakan mengganggu kenyamanan baik pemain maupun penonton.

Sejak 2001 menempati gedung Ki Narto Sabdo bukan berarti perkumpulan ini dimanjakan oleh fasilitas yang ada, karena kondisi fisik bangunan sudah banyak mengalami kerusakan. Misalnya atap bocor, kursi sompal, toilet kekurangan air, kurangnya pendingin ruangan sehingga jika penonton penuh maka gerah dan panas tidak membuat nyaman penonton. Suasana pengap terasakan sekali di belakang panggung (back stage), sehingga banyak pemain yang mengeluh.

Perawatan gedung memang bukan lagi urusan manajemen Ngesti Pandawa, tapi ditangani oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) TBRS dibawah Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang selaku pengelola TBRS. Sehingga jika terjadi permasalahan fisik gedung pihak pemakai hanya bisa menunggu dari pihak UPT.

Karena kondisi ini pula maka sering didapati penonton khususnya para wisatawan asing memilih meninggalkan gedung sebelum pertunjukan selesai. Misal seperti yang penulis saksikan pada awal tahun 2017 lalu, belasan wisatawan dari Jepang mengeluhkan kondisi toilet yang tidak bersih dan berbau, lalu mereka memilih angkat kaki.

Lingkungan gedung yang kotor adalah pemandangan biasa bagi anak wayang. Ketika sedang tidak berlangsung pertunjukan wayang, gedung Ki Narto Sabdo sering dimanfaatkan para gelandangan (tunawisma) tidur di teras gedung seharian penuh. Ini sangat berlawanan dengan niat pemerintah kota yang akan menjadikan gedung ini sebagai pusat kegiatan budaya dan seni, karena sementara di situ berdiri gagah patung separuh badan sosok Ki Narto Sabdo yang terdiam sepi menyaksikan dengan penuh keprihatinan.

Patung Ki Narto Sabdo ini pulalah yang pernah menjadi saksi saat jenazah Cicuk Sastro Soedirdjo disemayamkan sebagai penghormatan terakhir pada Oktober 2016. Upacara pelepasan jenazah berlangsung kidmat dan penuh haru. Begitu tiba dari rumah duka di Perumahan Arya Mukti Pedurungan, peti jenazah diusung para pemain Ngesti Pandawa dan berjalan menuju ke atas panggung untuk disemayamkan.

Barisan depan tampak anak semata wayang Cicuk, Danu Saputra membawa foto almarhum ayahnya dalam ukuran kabinet. Sambutan pelepasan dilakukan oleh pandhemen wayang dan juga akademisi Soetomo WE untuk seterusnya jenazah diberangkan ke pemakaman Bergota Semarang.

Wafatnya anak ke empat dari salah satu pendiri ini, menjadikan kerabat dan pandhemen Ngesti Pandawa sangat kehilangan. Banyak anggota mengatakan almarhum Cicuk dikenal sebagai sosok yang ramah dan memperhatikan anggota dengan tidak memandang jabatan.

Begitu banyaknya tokoh Ngesti Pandawa yang telah wafat, menjadikan pemakaman umum Bergota di Kelurahan Randusari Kecamatan Semarang Tengah, dijadikan sebagai makam keluarga Ngesti Pandawa. Di sana dimakamkan antara lain Ki Sastro Sabdo, Ki Sastro Soedirdjo, Ki Koesni, Darmo Surono (pemeran Semar), Tjiptodihardjo (pemeran cakil yang pernah menjadi kalangenannya Bung Karno dan Suwarni (pemeran Bambangan) dan Cicuk Sastro Soedirdjo.

Secara berkala keluarga Ngesti Pandawa selalu melakukan ziarah ke makam ini, terutama jika ada pengetan (peringatan) hari jadinya. Termasuk penari kelas dunia Didik Nini Thowok pernah berziarah di makam ini.

Baca juga: Jalan Sunyi WO Ngesti Pandawa, Antara Ngesti Pandawa dan Srimulat Bersaing Menjaring Hati Penonton di THR Tegalwareng

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*