Susmirah Perintis Kerajinan Berbahan Serat Alam

susmirah
Susmirah, perintis aneka kerajinan berbahan serat alam di Kulonprogo Yogyakarta | Foto : istimewa/joss.co.id/Sugondo
Mari berbagi

JoSS, KULONPROOGO – Di kalangan perajin serat alam dan eksportir craft, di Daerah Istimewa Yogyakarta, tentu tidak asing dengan nama Susmirah.

Dialah perintis aneka kerajinan berbahan baku serat alam, seperti daun gebang, agel, pandan atau mendong, di Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.

Memulai usahanya sebagai perajin craft serat alam kecil-kecilan, dan ia pasarkan sendiri ke berbagai kota, di tahun 1990-an, Susmirah akhirnya berjaya.

“Dulu saya bawa sendiri hasil kerajinan tas, plismet, atau topi ke Borobudur, Magelang, lalu ke Malioboro Yogyakarta, kadang kalau ada pameran saya ke Jakarta ikut pameran,” kata nenek dua cucu ini kepada Joss.co.id.

Dari sanalah Susmirah mendapatkan buyer tetap untuk produk topi agel, atau pandan, tas serat daun gebang, dan aneka produk lain. Pertama ia menjadi langganan tetap Manohara Hotel, Borobudur Magelang, Jawa Tengah. Lalu berkembang ke sejumlah pembeli  asing yang ia kenal di Manohara Hotel.

Hingga akhirnya puluhan buyer tetap di Amerika Serikat, Belanda, Jepang dan Australia, harus ia layani secara rutin ordernya. “ Tahun 1997 – nan saat krisis moneter, justru pasar kita bangkit, dan kita bisa merekrut banyak tenaga kerja. Ratusan penganyam, dan pemasok bahan baku kita beri order dengan cara borongan, meski kualitasnya harus tetap kita kontrol dengan ketat,” katanya.

Dan di tahun 1997 itu pula, Desa Salamrejo berubah menjadi sentra kerajinan crfat berbahan baku serat alam. “Kita memulai usaha dari harga topi masih Rp3.000 rupiah, harga tas Rp5.000-Rp 15.000,” katanya.

Baca jugaPelaku Curanmor dan Pengedar Narkoba di Solo Berhasil Dibekuk

Dengan makin banyaknya order dan semakin meluasnya pasar kerajinan serat alam, Susmirah lantas  memperkuat legalitas usahanya, ia menggunakan merek dagang jogjavanesia crfat, hingga sekarang.

“Order seribu topi atau tas dari Jepang atau Belanda, itu biasa. Meski tidak lagi sesibuk tahun 1997-an karena sekarang sudah banyak perajin yang menggeluti bisnis ini,” ujar Susmirah.

susmirah
Aneka kerajinan tas berbahan baku serat alam buatan Susmirah | Foto : istimewa/joss.co.id/Sugondo

Tercatat di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulonprogo, tedapat sedikitnya 13 perajin besar dan sekaligus pengepul craft serat alam. Dan ribuan orang menggantungkan hidup dari kerajinan ini.

Meski telah berhasil dalam usahanya, Susmirah hingga kini masih ikut menangani pekerjaannya, seperti menjemur daun gebang, memilah benang serat alam yang akan ditenun menjadi lembaran-lembaran bahan kerajinaanya.

Karena usia yang terus bertambah Susmirah memang tidak lagi terbang ke mana-mana, ia lebih banyak di rumah mengurus produksi. Sementara order dan show room seluruhnya ditangani anak-anaknya.

Di usianya yang ke 55 sekarang ini, Susmirah sepertinya ingin kembali memperlihatkan kepiawaiannya dalam memproduksi barang berbahan serat alam. Pihaknya tengah menyiapkan produk lain, yakni kursi meja yang terbuat dari anyaman serat alam untuk pasar Eropa.

Meja kursi dengan desain yang unik, dan full serat alam ini, menurutnya akan menjadi gebrakan baru di dunia kerajinan serat alam. “ Topi tas plismet kan sudah biasa, kami akan meluncurkan produk baru tetap berbahan baku serat alam, terutama agel dan daun gebang, yakni kursi – meja serat alam,” katanya.

Dia mengaku sejumlah pembeli asing sudah mulai melakukan pembicaraan kontrak untuk produk baru jogjavansia crfat ini, meski demikian dia belum memberitahukan kapan diluncurkan dan berapa harga produk baru tersebut. (gdo)

3 Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*