Gawat! Kim Jong Un Resmi Tutup Pintu Rekonsiliasi dengan Korsel

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. (foto: KCNA)
Mari berbagi

JoSS, PYONGYANG – Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, mengumumkan bahwa negaranya tidak lagi berupaya merekonsiliasi hubungan dengan Korea Selatan dalam situasi ketegangan yang semakin memanas.

Kim Jong Un bahkan menutup sejumlah lembaga pemerintah yang bertugas mengelola hubungan antara kedua negara itu. Keputusan ini diambil dalam pertemuan parlemen negara pada Senin (15/1/2024).

“Dari sejarah hubungan yang pahit antara kedua Korea, kami menyimpulkan bahwa kami tidak bisa menuju pemulihan nasional dan reunifikasi bersama-sama,” ujar Kim Jong Un seperti yang dilaporkan oleh Associated Press.

Kantor berita Korea Utara, KCNA, melaporkan bahwa Kim Jong Un menyatakan bahwa unifikasi dengan Korea Selatan sudah tidak mungkin terwujud. Ia menyalahkan Korea Selatan atas gagalnya upaya-upaya unifikasi yang telah dilakukan selama puluhan tahun.

Kim Jong Un bahkan mengancam akan “merebut kembali dan menduduki” Korea Selatan jika terjadi perang di Semenanjung Korea. Ia juga menegaskan bahwa warga Korea Selatan bukanlah rekan senegaranya.

“Walaupun kami tidak menginginkan perang, kami juga tidak akan menghindarinya,” tegas Kim Jong Un seperti yang dikutip dari Reuters.

Selain itu, Kim Jong Un juga memerintahkan pencopotan simbol-simbol yang menggambarkan upaya rekonsiliasi antara kedua Korea. Ia juga menutup jalur kereta api yang menghubungkan Korea Utara dan Korea Selatan serta merobohkan monumen reunifikasi Korea yang berdiri di Pyongyang.

Tak hanya itu, Kim Jong Un juga memerintahkan amandemen konstitusi untuk mendidik warga Korea Utara bahwa Korea Selatan adalah “musuh utama” negara mereka dan bahwa keduanya benar-benar terpisah.

Situasi di Semenanjung Korea semakin memanas setelah Korea Utara berhasil melakukan uji coba rudal yang sangat ditakuti oleh Amerika Serikat dan sekutunya pada Minggu (14/1/2024). Pyongyang diduga sukses meluncurkan rudal balistik hipersonik yang memiliki kemampuan menargetkan lawan dengan waktu yang sangat singkat.

Menurut laporan Radio Free Asia (RFA), Korea Utara diklaim menggunakan mesin terbaru untuk pendorong rudal mereka yang membuatnya memiliki kecepatan hipersonik. Mesin-mesin pendorong rudal tersebut diduga didatangkan dari Rusia.

Media Korea Utara, KCNA, melaporkan bahwa Kementerian Luar Negeri Korea Utara segera terbang ke Rusia setelah uji coba rudal pada Minggu. Kedua negara diduga terlibat dalam pertukaran senjata.

“Pada 14 Januari pagi, Biro Umum Rudal Republik Demokratik Rakyat Korea (Korea Utara) melakukan uji coba peluncuran rudal jarak menengah dengan bahan bakar padat dan dilengkapi kepala rudal hipersonik,” demikian laporan KCNA.

“Uji coba peluncuran rudal berjalan sukses,” tulis KCNA, menegaskan bahwa uji coba ini dilakukan untuk menghimpun data yang diperlukan untuk memperkuat kemampuan meluncur dan manuver dengan mesin baru berbahan bakar padat.

KCNA juga menyatakan bahwa uji coba rudal hipersonik tersebut tidak berdampak terhadap keselamatan Korea Selatan dan bahwa tes ini dilakukan secara independen terkait situasi keamanan regional.

Meskipun demikian, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) masih melarang Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik, meski tidak berdampak pada negara lain. Sebelumnya, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan telah mendeteksi bahwa Korea Utara melakukan uji coba rudal jarak menengah (Inter-Regional Balistic Missiles/IRBM) dekat Pyongyang pada Minggu pukul 02.55 pagi. Rudal itu dilaporkan meluncur dengan jarak sekitar 1.000 kilometer sebelum jatuh di pantai utara. (lna)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*