Desa Wisata Wonosoco Yang Kian Tertata dan Bangkit Setelah Pandemi

Desa Wisata Wonosoco
Desa Wisata Wonosoco ,Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus (joss)
Mari berbagi

BERLIBUR di Kota Kudus, jangan lewatkan untuk mengunjungi Desa Wisata Wonosoco yang masuk wilayah Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus. Jika beruntung Anda datang pada hari Minggu Legi, ada pasar kuliner di tengah hutan jati nan rindang.

Desa Wisata Wonosoco
Sarwono, pasar kuliner yang hanya ada sebulan sekali tiap hari minggu legi (joss)

Ya, namanya Sarwono, yang berasal dari kata Sar atau pasar dan Wono yang artinya hutan karena berada di tengah Hutan Jati Alas Sewu Wonosoco yang dikelola oleh BUMDes Wonorekso. Even ini hanya digelar 35 hari sekali pada hari Minggu Legi.

Menurut Kepala Desa Wonosoco Setiyo Budi, sejak dibuka Maret 2022 lalu, destinasi tersebut sudah dikunjungi warga dari berbagai daerah, seperti Grobogan dan Demak. Mereka tertarik menikmati wahana outbond dan beragam spot foto yang menarik.

Desa Wisata Wonosoco
Kepala Desa Wonosoco Setiyo Budi (joss)

“Puncaknya adalah yang terakhir Januari 2023 itu, pengunjung membludak. Sejak buka jam 6 WIB itu pengunjung sudah berjubel, dan jam 9 WIB semua kuliner di stan yang ada telah habis,” katanya kepada JoSS.co.id.

Tak bisa dipungkiri, sensasi makan di bawah pohon dengan kuliner jadul yang bakal memberikan pengalaman baru bagi pengunjung, setidaknya membangkitkan nostalgia masa kecil.

Ada belasan stan makanan yang menjajakan makanan tradisional di sini. Mulai dari getuk, dawet, bubur sumsum, dudo kemul, grontol jagung, tiwul, hingga kudapan tempo dulu yang menggugah selera.

Ada juga makanan yang mungkin asing bagi Anda, mulai dari sego jagung, bubur cetil, lempok dudoh, gablok, botok yuyu, jangan lompong sampai aneka minuman: wedang uwuh, wedang coro, dan es cao.

Harga tiket masuknya Rp7 ribu, pengunjung bisa masuk ke area pasar hutan jati, selanjutnya jika ingin menikmati kuliner, Anda bisa menukarkan uang rupiah Anda dengan koin kayu sebagai alat transaksi makanan.

Pembayaran harus pakai koin, pecahannya Rp2 ribu, pengunjung bebas mau menukarkan uang berapapun, nanti kalau memang sisa, koin kayunya bisa ditukar kembali,” ujarnya.

Dalam video youTube Desa Wisata Wonosoco, fasilitas pendukung wisata Alas Jati Sewu di antaranya ada spot foto dan outbond anak-anak seperti trampoline, balon perosotan dan wahana lainnya yang menarik. Kemudian pengelola juga menyediakan tiga ATV dan sepeda listrik.

Bagi pengunjung yang ingin mencoba ATV dengan berkeliling area wisata Desa Wonosoco, mereka hanya cukup membayar Rp25 ribu untuk 30 menit. Sedangkan sepeda listrik Rp15 ribu per 30 menit.

Desa Wisata Wonosoco

Desa yang terletak di ujung selatan Kabupaten Kudus ini memang kaya dengan potensi wisata. Dari wisata alam, berupa Alas Jati Sewu, goa-goa alami, dan lahan berkemah. Pun wisata buatan: kolam renang anak, kebun binatang mini, jalur trekking, titik-titik swafoto, dan kendaraan ATV untuk berkeliling lokasi wisata.

Setiyo Budi menjelaskan Desa wisata wonosoco banyak potensi, diantaranya potensi budaya kesenian Wayang Klithik. Wayang klithik ini kategori langka, dan wayang klitik ini tidak mungkin putus dalam pementasannya atau dalam pelestariannya karena setiap tahun itu diagendakan acara bersih sendang.

Nah acara bersih sendang itu sendiri, wajib mementaskan Wayang Klithik. Desa Wonosoco memiliki dua sumber mata air yang disitu berbeda tempat yakni di sebelah selatan desa dan di sebelah utara desa.

Jadi dalam satu tahun, ada pementasan Wayang Klithik dua kali, yaitu di Sendang Dewot yang ada di sebelah Selatan Desa, dan Sendang Gading yang ada di sebelah utara desa.

“Awal mula perintisan desa wisata seperti itu, dengan potensi alam yang ada, sumber mata air, akhirnya kami buka dengan Dinas Pariwisata, kami membuat gebrakan, ingin dikenal dari luar yakni membuat kirab budaya, sebagai promosi, yang menampilkan semua potensi Desa Wonosoco,” tuturnya.

Beberapa yang ditampilkan yakni hasil buminya, pendidikan keagamaannya, sekarang sudah berjalan tahun 2009, namun untuk pengembangan memang belum kelihatan. Apalagi beberapa tahun lalu ada pandemi 2019-2022, akhirnya vakum bahkan tutup total, karena ada larangan untuk berkunjung ke tempat wisata.

Kades Setiyo menambahkan pada saat pandemi itu pihaknya merintis BUMDes yang harus mempunyai usaha yang berorientasi profit yang kedepannya menjadi salah satu pendapatan desa, sektor yang dipilih yakni pariwisata yang bisa dikelola sendiri, yang kedua adalah pengelolaan sampah.

“Selanjutnya muncul ide-ide untuk mengembangkan potensi alas jati sewu ada hutan jati itu yang kemudian dikembangkan jadi Sarwono, Pasar Ngisor Wono atau hutan. Tahun ini sudah lebih tertata, dengan lapak-lapak yang permanen, pengunjung juga semakin banyak,” pungkasnya. (lna)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*