Positif Covid-19 Jangan Panik, Ini Arahan Dokter RSND UNDIP Anindita

Ilustrasi
Mari berbagi

INFEKSI virus corona di Jawa Tengah terus melejit dalam beberapa pekan terakhir pasca libur Lebaran. Hal itu diperparah dengan masuknya varian baru Covid-19 Delta dari India  yang telah terdeteksi di Kudus, bahkan diyakini telah menyebar ke berbagai daerah di wilayah ini.

Kondisi ini menyebabkan sebagian besar rumah sakit yang ada di Semarang penuh, dan ruang isolasi terisi lebih dari 80%.

Masyarakat diharapkan untuk mewaspadai dan melawan virus corona  dengan tetap disiplin menjalanlan protokol kesehatan agar terhindar dari penularannya, sebab efektifitas penekanan risiko penularan akan lebih maksimal dengan menerapkan prokes yang ketat. Dalam kondisi covid seperti ini masyarakat harus lebih memperhatikan kesehatannya.

Namun bagaimana jika masyarakat mengetahui dirinya terpapar virus corona? dr. Dwi Hestu Anindita, dokter Rumah Sakit Nasional Diponegoro, Universitas Diponegoro menekankan bagi masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik.

“Jika sudah mengetahui hasil swab antigen kita positif, kita harus segera mengisolasi mandiri diri kita, tujuannya agar kasus tidak bertambah atau menyebar sedemikian cepat. Kemudian kita melaporkan ke layanan kesehatan terdekat, misalnya ke Puskesmas supaya ada data dan biasanya dari tim Puskesmas akan menurunkan petugas kesehatan untuk melakukan tracing,” katanya dalam Talkshow Healthy Life Kerjasama RSND UNDIP dengan Trijaya FM dengan tema “Kapan Harus Periksa Saat Bahaya Corona Melanda” Kamis (17/6/2021).

Dia menambahkan, menurut WHO 80% virus corona itu gejalanya ringan, jadi tidak semuanya harus dirawat di rumah sakit, yang penting adalah isolasi mandiri, menjaga diri sendiri dan keluarga ketika mengetahui hasil swab antigen positif.

“Pada pemerikasaan swab antigen adalah ketika tubuh kita terjadi suatu proses inveksi tubuh kita akan mengeluarkan suatu protein yang bisa didektesi dari swab antigen sedangkan pemeriksaan PCR adalah kita mencari muatan genetic dari virus yang ada di tubuh kita,” tuturnya, dilansir dari undip.ac.id.

Baca juga: Mengenal Ivermectin Obat Yang Diklaim Ampuh Kalahkan Covid-19

Sementara itu, mengenai penggunaan ventilator, menurut dr. Dita, kondisi pasien saat dipasangi ventilator biasanya sudah dalam kondisi gagal nafas atau ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) dan ada gradenya yakni grade ringan, sedang dan berat.

“Untuk sampai pada kondisi pemasangan ventilator cukup panjang stepnya, jadi biasanya kita mulai dari non-invasif dulu. Misalnya dari kasus sesak dengan nafas berat, kita bantu dengan terapi oksigen kemudian dipantau kondisinya, baik dari fungsi sistem respirasinya maupun fungsi sirkulasi kardiovaskular,  jadi tidak secepat itu untuk proses sampai tahap memasang ventilator. Pemasangan ventilator digunakan pada kondisi yang memang sudah sangat berat, ventilator itu dipakai jika orang tersebut sudah sangat kesulitan bernafas spontan atau kesusahan bernafas secara mandiri” ungkapnya.

“Yang perlu diperhatikan oleh masyarakat saat melakukan isolasi mandiri, pertama kita harus tahu dulu tempat isomannya, misalnya di rumah kita tinggal dengan siapa saja dan mengetahui kondisi anggota keluarga di rumah kita seperti apa, jika ada yang positif disendirikan. Tidak bertukar alat makan dengan keluarga yang positif covid, menggunakan masker, menjaga dan meningkatkan kebersihan diri kita diantaranya dengan mencuci tangan  atau mandi, dan sebagainya. Selanjutnya adalah mengatur pola makan, makan makanan yang sehat, minum vitamin, jika sudah diberikan obat diminum sesuai aturan pakainya, kemudian istirahat,” pesan dr. Dita.

Selain itu, dia meminta kepada masyarakat untuk senantiasa patuh pada protokol kesehatan, selalu menggunakan masker, rajin cuci tangan, dan yang terpenting adalah menjaga jarak, jangan bergerombol, menghindari keramaian dan jangan sampai lengah pada virus corona. (lna)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*