Jalan Sunyi WO Ngesti Pandawa Pemain Garda Depan Ngesti Pandawa

Foto: kebumenekspres.com
Mari berbagi
Bambang Iss Wirya

Sunarno, Wiradiyo, Lestari. Sumarwiwik, Teguh Bagong, Paminto, Abela Mayarani Puspita, dan yang lainnya adalah beberapa penggerak di Ngesti Pandawa pada generasi ke tiga di masa sekarang. Beberapa nama di antaranya sampai kini masih berada di garda depan sebagai pemain utama dengan tataran pemain rol karena hampir semua tokoh wayang bisa dimainkan.

Sunarno misalnya bisa ndhapuk semua peran dari tokoh antagonis, protagonis sampai membanyol ala Gareng. Selain kemampuannya menyutradarai lakon-lakon yang ditampikan, ia juga menjadi guru dari para mahasiswa yang sedang belajar bermain wayang.

Wiradiyo juga mampu memainkan hampir semua tokoh wayang terutama yang berciri gagahan seperti Gatutkaca, Dursasana, Prabu Rama atau Dasamuka. Keberadaan Wiradiyo sebagai aktor wayang telah diuji sejak Ngesti Pandawa pada tahun 80 dan 90 an lalu.

Ia memiliki empat bersaudara yang dikenal dengan sebutan “Wi CS” yang kesemuanya bermain wayang, yaitu Wiyatno, Wiyoso, Wiradiyo, dan Widayat. Empat bersaudara itu ini tinggal dua yang masih aktif yakni Wiradiyo dan Widayat, sedangkan Wiyoso telah wafat dan Wiyatno tidak aktif karena kesibukan lain.

Tradisi pewarisan dan trah wayang di Ngesti Pandawa tampaknya tidak berjalan dengan baik, artinya upaya menurunkan tradisi bermain wayang ke anak-anak cucu mereka hanya ada pada sedikit keluarga saja. Misalnya keluarga Sastro Soedirdjo (diikuti oleh beberapa cucunya). Kemudian keluarga Wiradiyo menurun pada Mayarani anak semata wayangnya.

Meski telah berada di jajaran pemain utama, Wiradiyo masih meresahkan proses regenerasi wayang yang tidak berjalan dengan baik di lingkungannya. Sekarang ini ia merasa kesulitan mengumpulkan pemain untuk peran  bala dhupak (misalnya untuk adegan perang massal atau raksasa). “Sehingga mohon maaf dengan sangat terpaksa adegan perangan (massal) yang seharusnya ada  sering dihilangkan,” kata Wiradiyo.

Berbicara tentang wadyabala biasanya berkonotasi rombongan raksasa atau prajurit Kurawa, namun hal ini  sebetulnya bisa untuk menyebut para pemain figuran seperti para bidadari, mbok Emban atau puteri dhomas sebagai pengiring sebuah adegan yang mengedepankan tokoh rol.

Memang diakui mereka hanya muncul sekelebat tidak lebih dari lima menit. Tapi dalam dunia pertunjukan, durasi sesingkat itu sangat membantu menguatkan sebuah adegan. Di mata penonton pun keberadaan wadyabala ini sangat enak dipandang karena blocking panggung akan terjaga. Soal wadyabala ini beberapa sutradara mengakui,  bahwa Ngesti Pandawa saat ini masih sangat kekurangan.

Baca juga: Jalan Sunyi WO Ngesti Pandawa, Pesinden Pengabdi Setia

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*