Masjid An Nuur Purworejo, Wujud Akulturasi Dua Budaya

Mari berbagi

JoSS, PURWOREJO – Masjid An Nuur di Kabupaten Purworejo, merupakan bangunan rumah ibadah yang menunjukkan wujud akulturasi dua budaya Hindu dan Islam. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan yoni sebagai dasar soko guru atau tiang utama masjid.

Meski sudah dipugar beberapa kali, tetapi bentuk asli masjid yang terletak di Desa Purwodadi, Rt 03/Rw 02, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo ini tidak berubah sama sekali. Termasuk empat buah yoni yang terbuat dari batu dan menjadi dasar soko guru atau tiang utama masjid.

Yoni adalah adalah simbol/lambang kesuburan pada masa perkembangan agama Hindu. Banyak peninggalan candi seperti lingga dan yoni saat itu ditemukan di di wilayah Purwodadi, Kabupaten Purworejo, di mana sebelumnya masyarakat masih menganut agama Hindu sebelum Islam datang.

Sedangkan bangunan masjid mirip dengan bangunan model Jawa dengan empat tiang dari kayu. Sedangkan di dekat pengimaman, mimbar juga masih menggunakan kayu seperti halnya masjid-masjid bergaya arsitektur lama,

“Yang beda dengan masjid lain karena di sini terdapat yoni yang merupakan salah satu simbol dari agama Hindu, dan sampai sekarang masih dijadikan dasar pada soko guru. Soko gurunya juga masih asli dari dulu,” kata takmir masjid, Ngateman (58) sambil menunjuk yoni yang dimaksud, seperti yang dilansir dari detiknews.com, Sabtu (11/5).

Baca jugaKonon Masjid Sekayu Lebih Tua dari Masjid Agung Demak

Keistimewaan lainnya, masjid yang berumur lebih dari seabad ini memiliki bedug yang dibuat dari pohon yang sama dengan bedug di Masjid Agung Purworejo. Hanya saja, bedug di Masjid An Nuur ini menggunakan kayu bagian ujung pohon sehingga lebih kecil dari bedug di masjid agung yang menggunakan kayu bagian pangkal dan merupakan bedug terbesar di dunia.

“Selain itu, seluruh temboknya dari ruang utama sampai serambi juga masih asli bangunan dulu. Terus ada mimbar dan daun pintu juga asli, ada sumur tua juga peninggalan jaman dulu yang airnya tidak pernah kering walau pun musim kemarau. Bahkan penduduk sekitar kalau kehabisan air ambilnya di sini. Tapi sumurnya sekarang ditutup pakai semen dan ambil airnya pakai pompa air,” terangnya.

Sementara Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Purworejo, Eko Riyanto mengatakan, bahwa penggunaan yoni dalam masjid menjadi salah satu daya pikat penyebaran Islam di Purworejo. Kentalnya pengaruh Hindu waktu itu membuat para penyebar Islam kemudian mengakulturasi kebudayaan Hindu dengan Islam. (nug/lna)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*