Pembangunan Proyek Listrik Panas Bumi Dieng Dimulai

Ilustrasi | Foto: google
Mari berbagi

JoSS, DIENG WONOSOBO – Pemerintah memulai pembangunan Proyek Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) unit 2 Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah. Selain itu juga melakukan groundbreaking untuk proyek yang sama di Patuha, Jawa Barat.

Direktur Utama PT Geo Dipa Energi (Persero) Riki Firmandha Ibrahim mengatakan BUMN di bawah Kementerian Keuangan yang bergerak di sektor bisnis panas bumi itu, resmi melaksanakan Groundbreaking Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Unit 2 Dieng di Jawa Tengah dan Patuha 2 di Jawa Barat.

“Keberadaan dua proyek ini merupakan upaya Geo Dipa mendukung program penyediaan listrik tenaga panas bumi yang aman dan ramah lingkungan,” katanya dalam keterangan tertulisnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan  pembangunan PLTP unit 2, Dieng dan Patuha 2 yang masing-masing sebesar 60 MW yang direncanakan akan selesai pada 2023. Keberadaan kedua proyek ini, lanjutnya juga akan berkontribusi pada megaproyek 35 ribu MW yang merupakan program pemerintah di sektor pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani bakal menghitung nilai investasi dan risiko pada setiap proyek pembangkit listrik yang bersumber dari energi panas bumi atau geotermal.

Perhitungan ini, lanjutnya dilakukan untuk menentukan besaran subsidi yang bakal diberikan kementerian kepada pengembang proyek agar harga jual listrik bisa dibeli dengan harga yang sesuai oleh PT PLN (Persero).

Baca juga: Lima Tahun Ke Depan 14 Proyek Infrastruktur Dibangun di Bali

“Agar PLN enggak punya alasan buat enggak ambil, wong ini proyeknya bukan proyek siluman, ini proyeknya jelas,” katanya.

Subsidi, kata Sri, tidak hanya akan diberikan kepada pengembang seperti Geo Dipa yang merupakan BUMN di bawah Kementerian Keuangan, namun juga kepada pengembang lainnya.

Sri menyadari bahwa selama ini jual beli listrik antara pengembang dan PLN kerap terkendala oleh harga. Sebab, jika membeli dengan harga tinggi, tentu PLN juga terpaksa menjual listrik ke konsumen akhir dengan harga yang lebih tinggi lagi.

Untuk itulah, Sri menyiapkan instrumen subsidi ini agar harga yang diterima PLN tidak terlalu tinggi. Menurut Sri, semakin lama proyek panas bumi nantinya berjalan, maka besaran subsidi akan semakin berkurang, sampai akhirnya dicabut ketika proyek sudah berjalan cukup lancar.

“Dengan begitu, pemerintah tinggal menikmati keuntungan dari pembangkit listrik panas bumi ini,” ujarnya.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, FX Sutijastoto, menyampaikan salah satu tantangannya adalah faktor risiko di awal proyek ini. Seringkali, pengembang membutuhkan dana yang besar di awal karena harus mendatangkan teknologi yang dinilai tepat oleh pihak perbankan untuk menggelontorkan pinjaman.

Sehingga, Sutijastoto menyambut baik adanya komitmen dari Sri Mulyani ini untuk memberikan subsidi bagi pengembang di awal proyek. Ia sepakat bahwa subsidi ini untuk selanjutnya bakal dikurangi lantaran biaya produksi listrik di pembangkit panas bumi dipastikan semakin lama akan semakin turun. Sehingga, harga listrik yang diproduksi pun bisa semakin berkurang. “Karena enggak ada fuel, biaya operasi langsung turun,” ujar dia. (lna)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*