Polisi Buru Khotimun Penyebar Isu Kiamat

Isu kiamat
Kediaman Khotimun di Ponorogo | Foto: detik
Mari berbagi

JoSS, PONOROGO – Heboh hijrah puluhan warga Desa Watubonang ke sebuah pondok pesantren di Malang karena isu kiamat, mendapat perhatian serius dari Pemkab Ponorogo. Polres Ponorogo melakukan penyelidikan terhadap Khotimun yang dianggap sebagai penyebar 7 fatwa Thoriqoh Musa.

Kapolres Ponorogo AKBP Radiant mengatakan kini pihaknya tengah mencari keberadaan Khotimun ke salah satu pondok di Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang. “Anggota saya masih mencari keberadaan Khotimun ini di Malang,” katanya, Seperti dikutip dari Detik.com. Kamis (14/3).

Dia menambahkan pihak kepolisian bersama TNI dan Forpimda serta tokoh NU, Muhammadiyah, MUI tadi melakukan pembinaan dan pencerahan ke warga Watubonang supaya tidak ikut ke Malang.

Sebelumnya diberitakan jika Khotimun menyebarkan fatwa akan terjadi perang pada Ramadan mendatang. Sementara enam fatwa lainnya seperti tentang kiamat, kemarau panjang, bendera tauhid, foto penangkal gempa, imbauan untuk tidak sekolah dan menghukum orang tua yang tidak berpegang teguh pada ajaran.

Radiant menambahkan, hasil penyelidikan sementara Khotimun diketahui sebagai pengajar agama di desanya. Ajaran yang disampaikan pun benar tidak ada yang menyimpang. Namun terkait kepindahan warga dari Ponorogo ke Malang, Radiant belum bisa memastikan apakah itu karena isu kiamat atau memang ingin menimba ilmu agama ke sebuah pondok pesantren.

“Tapi kan biasanya kalau warga mau mondok (pondok) butuh biaya hidup, makanya ada yang jualin hartanya. Tapi kan tidak banyak hanya 6 orang yang jual hartanya, mungkin mereka memang berniat pindah ke Malang, di sana beli rumah atau ngontrak kita kan nggak tahu,” lanjutnya.

Khotimun  terindikasi sebagai jemaah Thiroqoh Musa atas beberapa bukti yang ditemukan seperti tulisan ‘MUSA AS’ pada sebuah poster di musala miliknya. Ia diduga menyihir 52 warga dengan beberapa fatwa salah satunya kiamat sudah dekat sehingga hijrah ke Malang.

Baca juga: Air Sawah Sempat Mendidih Hebohkan Warga Purbalingga

Sebelumnya, Khotimun dikabarkan menimba ilmu di Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadin selama puluhan tahun. Ponpes tersebut berada di Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.

Pada 2008, pria berusia 48 tahun itu memilih pulang ke kampung halaman di Dusun Krajan, Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo. Di sana, dia mengajarkan ilmu agama pada masyarakat.

“Masyarakat yang ikut dalam pengajian ini melakukan ibadah sama dengan umat Islam lainnya,” kata Kades Watubonang, Bowo Susetyo.

Bowo menambahkan, di tempat Khotimun juga berdiri musala dan gazebo yang digunakan warga sekitar untuk mengaji. Bahkan muridnya juga ada yang datang dari luar kecamatan.

Menurut Bowo, sebelum 52 warga Ponorogo hijrah ke Malang pada bulan lalu, Khotimun sudah lebih dulu meninggalkan rumah. Khotimun pergi ke Malang bersama istri dan 2 anak laki-lakinya.

Sejak kepindahan Khotimun ke Malang, kegiatan pengajian berhenti total. Suasana sekitar rumahnya jadi sepi tanpa ada jemaah yang datang.

Bowo melanjutkan, puluhan warganya yang hijrah ke Malang karena ingin mengikuti jejak Khotimun. Mereka pergi secara bertahap. Rombongan yang terakhir pergi pada 7 Februari lalu. Mereka beralasan ingin memperdalam ilmu agama di pondok pesantren di Malang. Menurut kabar yang beredar, puluhan warga tersebut pergi dari desanya karena adanya isu kiamat. (lna)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*