Buntut Pemberian Nasi Basi, Mahasiswa UIN Walisongo Demo di Rektorat Desak Pembatalan Aturan Mahad

Nasi Basi UIN Walisongo
Santri Ma'had Al Jami'ah UIN Walisongo protes di Media Sosial gara-gara diberi makanan basi (Tangkapan Layar TikTok)
Mari berbagi

JoSS, SEMARANG – Ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Kota Semarang, Jawa Tengah, menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung rektorat kampus pada Rabu (9/8/2023) siang. Unjuk rasa ini berawal dari tersebarnya video viral di media sosial mengenai pengakuan santri Mahad UIN Walisongo yang mengeluhkan makanan nasi basi.

Para mahasiswa ini menuntut agar pihak kampus membatalkan aturan mahad yang mereka anggap tidak seimbang dengan fasilitas yang diberikan kepada mahasiswa.

Fuad Dhiyaulhaq, Menteri Koordinator Sosial Politik Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) UIN Walisongo, mengungkapkan bahwa aturan mahad dianggap hanya sebagai permainan belaka. Dia juga menyoroti ketidaktransparanan pengelolaan dana mahad oleh pihak kampus.

Baca Juga: Dosen UIN Walisongo Bimbing Organisasi Pemuda Desa Sumber Simo Boyolali dalam Kampanye Moderasi Beragama di Media Sosial

“Dalam protes kami, ada empat tuntutan kepada pihak rektorat. Pertama, pembatalan kewajiban pembayaran mahad. Mereka mengklaim bahwa ini adalah instruksi dari Kementerian Agama, tetapi kami telah mendapat konfirmasi dari Kemenag bahwa ini adalah kewenangan kampus. Tidak ada kewajiban,” ujar Fuad, seperti dikutip dari Solopos.com.

Selain itu, mahasiswa jurusan Ilmu Politik FISIP UIN Walisongo ini juga mengungkapkan bahwa pengurus mahad, beberapa dosen, dan anggota civitas academica UIN Walisongo sering melakukan intimidasi dan diskriminasi terhadap penghuni mahad. Bahkan, mahasiswi yang tinggal di mahad mengalami ancaman agar nilai kuliahnya tidak dikeluarkan jika terbukti membocorkan informasi tentang fasilitas kamar.

Tidak hanya itu, mahasiswa juga mengungkapkan ancaman untuk menghapus video yang menggambarkan fasilitas kamar mahad. Padahal, Dema UIN Walisongo mendapat laporan bahwa makanan yang diberikan kepada mahasiswa tidak layak dan fasilitas kamar mahad tidak memadai.

Lebih lanjut, Fuad menyatakan bahwa pihak kampus tidak transparan dalam pengelolaan dana. Setiap mahasiswa baru diwajibkan membayar uang kuliah tunggal (UKT) sebesar Rp5 juta dan membayar mahad Rp3 juta. Namun, masih ada pungutan lain seperti biaya makan, laundry, dan pembelian kitab kuning.

Kami menuntut pengembalian uang mahad untuk mahasiswa baru. Karena biaya yang dibayarkan tidak sebanding dengan fasilitas yang diberikan. Semua biaya seharusnya sudah termasuk dalam pembayaran awal. Kami mengutuk tindakan ini,” lanjutnya.

Sementara itu, pegawai di bidang Humas UIN Walisongo, Astri, belum memberikan tanggapan resmi terkait protes tersebut. Pihak kampus masih berdiskusi dengan pimpinan perguruan tinggi mengenai isu ini.

Sebelumnya, video yang menampilkan sejumlah perempuan yang mengaku sebagai santri Mahad Al Jamiah UIN Walisongo viral di media sosial. Mereka mengenakan hijab dan masker, dan mengeluhkan makanan basi selama mengikuti program Mahad Al Jamiah di UIN Walisongo. Video tersebut telah menarik perhatian netizen dan memicu berbagai komentar. (lna)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*