JoSS, PRANCIS – Pemerintah Prancis menolak tuduhan PBB yang menyebut penembakan seorang pemuda berusia 17 tahun oleh polisi pada Selasa (27/6) sebagai aksi rasial. Menurut pemerintah Prancis, tuduhan tersebut tidak memiliki dasar yang kuat.
“Tuduhan rasisme atau diskriminasi sistemik apa pun di kepolisian Prancis sama sekali tidak berdasar,” kata Kementerian Luar Negeri Prancis seperti dilaporkan oleh AFP pada Jumat (30/6/2023).
Komentar tersebut dikeluarkan setelah juru bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB, Ravina Shamdasani, mengungkapkan keprihatinannya atas kematian pemuda bernama Nahel yang ditembak oleh polisi Prancis.
“Kami prihatin dengan pembunuhan seorang pemuda berusia 17 tahun keturunan Afrika Utara oleh polisi di Prancis pada Selasa,” ujar Ravina Shamdasani dalam konferensi pers di Jenewa. Shamdasani juga menekankan pentingnya Prancis secara serius mengatasi masalah rasisme dan diskriminasi yang mendasar dalam penegakan hukum.
Hingga saat ini, otoritas Prancis belum merilis informasi mengenai latar belakang etnis Nahel. Namun, Prancis memiliki Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial (Committee on the Elimination of Racial Discrimination/CERD), yang merupakan badan ahli independen yang memantau penerapan konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial.
Pada Desember 2022, CERD menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap seringnya pemeriksaan identitas dan dugaan diskriminasi di Prancis, yang menurut komite tersebut secara tidak proporsional menargetkan anggota kelompok minoritas tertentu.
Meskipun PBB dan orang tua korban juga menyinggung isu rasial dalam kematian Nahel, Kementerian Luar Negeri Prancis menyatakan bahwa komitmen Prancis dan kepolisian dalam melawan rasisme dan diskriminasi tidak dapat dipertanyakan. Orang tua korban menegaskan bahwa mereka tidak menyalahkan seluruh kepolisian Prancis, melainkan hanya oknum yang bertanggung jawab atas pembunuhan anak mereka.
Kasus penembakan pemuda Nahel telah memicu protes di Prancis, dengan lebih dari 421 orang ditangkap dalam aksi demonstrasi di berbagai wilayah, terutama di Paris. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, meminta masyarakat untuk tetap tenang dan mengutuk tindakan kekerasan terhadap remaja tersebut.
Polisi yang menembak Nahel saat ini ditahan dan didakwa melakukan pembunuhan sukarela atau tindakan membunuh yang dipicu oleh kemarahan atau impuls tiba-tiba. (lna)
Leave a Reply