Pemkot Solo Akan Tata Ulang Koridor Angkutan Pengumpan BST

Mari berbagi

JoSS, SOLO – Pemerintah Kota (Pemkot) Solo akan tata ulang koridor Angkutan Pengumpan Batik Solo Trans (BST). Sebab menurut rencana sejumlah armada angkutan pengumpan BST akan alih fungsi menjadi angkutan sekolah gratis.

Penataan ulang yang dimaksud adalah penyesuaian rute sebagai langkah optimalisasi pelayanan angkutan pengumpan BST.

“Pasti ada kebijakan penataan ulang rute. Kami akan prioritaskan jalur-jalur yang sesuai dengan kebutuhan,” ungkap Kabid Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Surakarta, Taufiq Muhammad, seperti yang dilansir dari suaramerdeka.com, Jumat (5/4).

Sementara Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Solo Raya, Budi Yulianto menyebut, penataan ulang koridor angkutan pengumpan BST bisa mendongkrak tingkat keterisian (okupansi) moda transportasi massal itu.

“Saat ini jalur angkutan pengumpan tidak efektif, karena belum sepenuhnya menjangkau wilayah-wilayah dengan potensi penumpang tinggi. Malah melayani rute sampai luar kota. Ini yang membuat calon penumpang enggan memilih angkutan pengumpan untuk bepergian,” tegasnya.

Penataan ulang koridor angkutan kota itu menjadi konsekuensi logis jika Pemkot mengakuisisi layanan angkutan pengumpan BST dari operator.

Baca jugaDishub Solo Pasang Lagi Barikade di Jalan Adisucipto

“Nantinya pengemudi dan operator tidak bisa lagi menolak kebijakan itu, karena Pemkot sudah membeli layanan operasional angkutan pengumpan. Apalagi jika buy the service itu diterapkan, pengemudi juga akan digaji Pemkot,” tambahnya.

Hingga kini rencana akuisisi layanan angkutan pengumpan BST itu terus dimatangkan. Taufiq mengaku, membutuhkan beberapa kajian mendalam, menyangkut mekanisme penganggaran dan teknis operasional lainnya.

Rencana akuisisi layanan angkutan pengumpan BST menjadi angkutan sekolah gratis itu telah digulir sejak Maret lalu. Bahkan dalam akuisisi tersebut, menurut Taufiq Muhammad, pengemudi tak lagi menanggung biaya operasional yang lebih besar dari pendapatan mereka.

“Selama ini para sopir ini sering nombok. Kalau nantinya feeder ini sudah berfungsi optimal, Pemkot akan mengambil alih biaya-biaya yang ditanggung para sopir tersebut,” ujar Taufiq.

Taufiq menilai, optimalisasi dan alih fungsi feeder BST tidak akan berjalan sesuai rencana jika pendapatan para pengemudi tidak sesuai dengan biaya operasional. Seperti yang terjadi di lapangan, saat ini para pengemudi lebih sering berhenti, menunggu armada penuh.

“Salah satu komponen biaya operasional itu adalah pendapatan pengemudi. Kalau sudah ngetem begitu tidak bisa maksimal melayani masyarakat. Makanya kami memikirkan untuk menggaji mereka,” pungkasnya. (nug/lna)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*