Bulog dan Pemprov Jateng Sepakati Operasi Pasar Gaya Baru

operasi pasar
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo jalin Kesepakatan tentang pendistribusian cadangan beras di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Semarang, | Foto: instagram perum.bulog
Mari berbagi

JoSS, SEMARANG – Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membuat terobosan berupa operasi pasar gaya baru yang langsung menyediakan beras murah kualitas medium ke masyarakat di desa untuk memutus mata rantai distribusi beras.

Kesepakatan tentang pendistribusian cadangan beras pemerintah melalui pelaksanaan ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga beras medium dilakukan dengan penandatanganan kesepakatan bersama antara Perum Bulog dengan Pemprov Jateng di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Semarang, Kamis.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengungkapkan saat ini beras yang ada di pasar-pasar tradisional dijual dengan harga Rp11.000 per kilogram, padahal beras medium Bulog seharusnya dijual dengan harga Rp9.400 per kilogram.

Menurut pria yang akrab disapa Buwas itu, mulai merangkak naiknya harga beras medium di pasaran ini karena beberapa faktor, di antaranya ada permainan dari oknum yang memainkan harga beras.

Oleh karena itu, Perum Bulog bersinergi dengan Pemprov Jateng untuk memutus mata rantai yang menyebabkan harga beras naik tanpa kontrol sehingga memberatkan masyarakat.

“Kita memotong mata rantai daripada jualan kita pendistribusian beras medium yang hari ini mulai merangkak naik. Kenapa naik itu, di antaranya mata rantai terlalu panjang,” katanya, seperti dikutip dari Antara.

Baca juga: Menara Eiffel Ada di Boyolali

Buwas menyebutkan ada delapan mata rantai yang harus dipangkas sehingga dengan adanya kesepakatan Perum Bulog dan Pemprov Jateng, maka bisa langsung mendistribusikan kepada para kepala desa dan turun langsung ke lapangan mendatangi koperasi-koperasi desa.

Lebih lanjut Buwas menjelaskan bahwa dipilihnya Pemprov Jateng untuk ikut mengendalikan pasokan beras dan menstabilkan harga pangan karena provinsi ini dinilai berhasil dalam mengendalikan pangan nasional.

“Pemprov Jateng ini tiga kali berturut-turut mendapat penghargaan sebagai TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) terbaik secara berturut-turut dari 2015 sampai dengan 2017,” ujarnya.

Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional itu berharap sinergi dengan Pemprov Jateng dalam menjaga ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga bisa berhasil sehingga masyarakat tidak kesulitan mendapatkan beras berkualitas dengan harga terjangkau.

“Kalau Jateng berhasil akan dilanjutkan seluruh Nusantara. Saya minta seminggu ini kita geber lalu evaluasi sehingga didapatkan pola yang makin bagus,” katanya.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengakui jika selama ini pendistribusian beras dari petani ke konsumen melewati delapan tahap.

“Kita potong itu, jadi masyarakat bisa membeli beras lebih terjangkau dengan kualitas yang baik,” ujarnya.

Menurut Ganjar, beras murah ini konsepnya hampir sama dengan operasi pasar dengan tujuan menstabilkan harga, namun operasi pasar biasa dilaksanakan di pasar-pasar utama di setiap daerah. (lna)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*