Menengok Sawah Apung di Desa Nusadadi, Banyumas

Mari berbagi

JoSS, BANYUMAS – Pernah dengar sawah apung? Nah, kalau belum datang saja ke Desa Nusadadi, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas.

Desa Nusadadi sejak dulu selalu tergenang air saat musim hujan karena termasuk daerah cekungan ini. Jadi runyam karena para petani tidak bisa menanam padi. Area sawahnya tergenang air hingga ketinggian 30-50 Cm.

Namun tidak untuk musim hujan tahun ini. Para petani bisa tersenyum lantaran keberadaan sawah apung. Ide sawah apung berasal dari Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pekerjaan Umum (PU) Sumpiuh, Imam Pamungkas.

Bermula dari keprihatinan melihat para petani di Sumpiuh hanya bisa panen padi setahun sekali. Selebihnya pada musim tanam kedua, lahan dibiarkan tergenang dan pada musim tanam tiga, berbarengan dengan kemarau, lahan ditanami palawija.

ʺDaerah tergenang permanen ini terjadi mulai bulan Desember hingga April, setelah itu berlanjut masuk musim kemarau. Sehingga saya berinisiatif untuk membuat sawah apung supaya petani tetap bisa bercocok tanam di lahan yang tergenang,ʺ terang Imam Pamungkas, Senin (24/12) seperti dirilis Cendananews.com.

Pembuatan sawah apung diawali dengan membuat petakan sawah dari bambu yang disejajarkan dan melintang kemudian diikat dengan tali. Bagian bawah diberi gulma enceng gondok dengan ketinggian 5 Cm. Gulma ini untuk menyaring, supaya tanah tidak larut dalam air.

Baca jugaLongsoran Anak Krakatau Setara Gempa Bermagnitudo 3,4

Setelah itu, bagian atas gulma baru diberi lapisan tanah dengan ketebalan 5 Cm. Tanah inilah yang dipergunakan sebagai media untuk menanam padi.

Sejauh ini, pembuatan sawah apung masih memanfaatkan barang-barang bekas di sekitar. Misalnya bambu yang tidak terpakai dan tanaman enceng gondok yang tumbuh liar.

Untuk pupuk, sebagai dasaran diberi pupuk dari air kencing kelinci yang sudah difermentasi. Selain menggunakan barang bekas, sawah apung juga meminimalkan penggunaan pupuk kimia.

“Untuk media sawah apung kita buat ukuran 2 x 4 meter per petak, bibit yang kita gunakan padi jenis Cireha yang tahan hama. Bibit yang ditanam berusia 10 hari dan ditanam dengan model jajar legawa dua tanaman per lubang,” jelasnya.

Meskipun tidak sebanyak hasil sawah konvensional namun sawah apung dinilai cukup menjanjikan. Satu hektare area sawah apung bisa menghasilkan padi sekitar 4 ton. Lebih sedikit sawah yang bisa menghasilkan padi sampai 6 ton per hektare.

“Dengan hasil 4 ton per hektare ini, petani sebenarnya sudah bisa menikmati hasilnya. Dari hasil hitungan, dengan modal Rp 15 juta, petani bisa mendapatkan hasil panen senilai Rp 20 juta,” pungkas Imam. (Wiek/Joy)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*