Wisnu Untoro Guru Besar UNS

wisnu untoro
Mari berbagi

JoSS, SOLO – Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS Solo) hari Selasa (15/5) akan mengesahkan guru besar baru, yaitu Wisnu Untoro yang sekarang tercatat sebagai pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS. Wisnu akan menjadi orang ke-192 di UNS yang berhak menyandang gelar professor atau guru besar.

Pada pengukuhan yang dijadwalkan berlangsung Selasa, Wisnu Untoro akan menyampaikan pidato pengukuhannya berjudul Kepublikan, Koneksi Eksternal, dan Kinerja Organisasi”yang akan disampaikan di depan Senat Universitas di Auditorium, Selasa.

Kajian tentang kepublikan suatu organisasi, kata dia, sangat diperlukan karena menentukan sejauh mana tingkat kekuasaan publik memengaruhi organisasi. Lebih jauh juga akan menentukan bagaimana perilaku dan kinerja organisasi tersebut.

“Kepublikan merupakan karakteristik organisasional yang menunjukkan tingkat organisasi dipengaruhi oleh otoritas politik dan terkait dengan lembaga pemerintah. Terdapat empat dimensi kepublikan yaitu kepemilikan, penetapan tujuan, pendanaan, dan pengendalian,” katanya kepada wartawan, Senin (14/5).

Meski demikian, kata dia, konsep kepublikan perusahaan lebih dekat dengan konsep koneksi politik daripada konsep kepemilikan pemerintah terhadap perusahaan. Koneksi politik dia contohnya adanya bank swasta yang dalam beberapa hal seperti adanya kepemilikan saham oleh politisi, mempekerjakan politisi,  atau bisa juga menempatkan mantan pimpinan puncak lembaga pemerintahan di kepengurusan perusahaannya. Perusahaan yang memiliki lebih banyak keterlibatan dengan kekuatan politik dapat memiliki tingkat kepublikan yang lebih tinggi, meskipun secara formal dikategorikan sebagai perusahaan swasta.

“Demikian pula di perusahaan nonkeuangan, hubungan bisa diukur melalui penjualan ke lembaga pemerintah atau jumlah proyek lembaga pemerintah yang dijalankan oleh perusahaan tersebut,” ungkapnya.

Kebutuhan akan koneksi politik terlihat lebih lazim terjadi pada perusahaan yang memiliki penjualan dalam jumlah besar ke pemerintah, pada perusahaan yang banyak melakukan ekspor, dan perusahaan yang kegiatannya menuntut berhubungan dengan proses lobbying.

“Tingkat kepublikan perusahaan dalam hubungannya dengan koneksi politik yang dapat dianggap mencerminkan tingkat kepublikan perusahaan, salah satunya adalah dengan melihat komposisi anggota dewan direksi dan komisaris. Untuk perusahaan yang mempekerjakan lebih banyak politisi dan mantan birokrat di tingkat puncak seperti direksi dan jajaran komisaris, bisa dianggap sebagai perusahaan yang lebih besar koneksinya dengan kekuatan politik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat kepublikan yang lebih tinggi.”

Wisnu Untoro yang pernah menjadi Dekan FEB UNS dan pernah mengemban amanah sebagai Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Solo, lahir di Klaten 20 Februari 1954. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Jogja tahun 1979 ini kemudian diterima menjadi tenaga pengajar di Fakultas Ekonomi UNS.

Jenjang strata dua ditempuh di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan mengambil bidang keahlian teknik dan manajemen industry, dan tamat pada tahun 1985. Program doktornya diselesaikan di UGM tahun 2010, dengan mengambil spesialisasi manajemen. (ant/awo)

6 Komentar

  1. Assalammualikum WW. selamat atas dilantiknya BPk. Prof. DR. wisnu Untoro, SU . semoga ilmu dan pengabdiannya di barokahi Allah SWT serta bisa di abdikan di Almamater serta UNS Solo unuk kepentingan yang lebih luas.

    Dunia pada umuumnya serta Indonesiia masih memerlukan para inovator baiki dari segi keilmuannya maupun segi praktis . Apalagi ilmu manajemen yang sangat luas hampir semua aktivitas kehidupan dipengaruhi dan atau mempeengarhui ilmu manajemen.

    Dari kita mulai bangun tidur kemudian sholat subut dst…..tidak bisa dipisahkan dari praktek ilmu manajemen. Nah oleh karena itu dibutuhkan inovasi praktis untuk menjembatani kebutuhan di lapangan dengan kebutuhan pengembangan ilmu.

    Demikian semoga bermanfaat, sebagai media silahturohim dengan Alumni FE UNS Angkatan 19 – 86. Saalam untuk BPK Nurhadi, drs. M.si.

  2. JUDUL: MANAJEMEN PEMERIKSAAN
    Oleh: Indras Suharningsih, SE – MM,

    Bekerja Di: Badan Diklat PKN BPK – RI Daerah Istimewa Yogyakarta – NOPEMBER 2019.

    Disampaikan dalam rangka : Mangayubagyo Pelantkan Guru Besar Manajemen Universitas Sebelas Maret.

    Kaizen ilmu dari negara matahari menjelaskan soal pola daari fungsi manajemen yakni plan-do- chek. Hampir semua aktivitas menggunakan pola tersebut, termasuk dalam kegiatan pemeriksaan baik yang dilakukan pada sektor internal pemerintah(BPKP- Irjend maupun Inspektorat) maupun eksternal pemerintah seperti oleh: Badan Pemeriksa Keuangan RI.
    Mulai penyusunan PKPT (Program Koordinasi Pemeriksaan Tahunan), Penyusunan Renstra, penyusunan Perencanaan Pemeriksaan di masing2 entitas pemeriksa. Baru setelah itu penyusunan Program Pemeriksaan (P-2). Dalam kegiatan penyusunan P-2 ini kita juga melakukan praktek plan do chek. Dalam tulisan kecil ini saya hanya akan fokus pada penerapan plan do chek pada kegiatan penyusunan program pemeriksaan.

    Perencanaan (Plan) Penyusunan Program Pemeriksaan: Dalam merencanakan program pemeriksaan kita harus mengumpulkan data/informasi umum tentang:
    Visi dan misi serta goal maupun strategi pemeriksaan, kemudian merancang metodologi pemeriksaan serta mengumpulkan data/informasi yang diperolh saat “desk audit”. Data/informasi tersebut kemudian dituangkan secara deduktif (dari umum ke khusus) dalam kegiatan berikutnya.

    Kegiatan Pelaksanaan (do) Penyusunan Program Pemeriksaan. Dalam tahap ini kita akan melakukan perumusan program pemeriksaan sesuai data/informasi yang dikumpulkan pada tahap perencanaan (plan). Yaitu menuangkan dengan alur deduktif semua Informasi Umum dalam P-2 hingga menyusun langkah-langkah pemeriksaan sesuai sasaran yang akan diperiksa.

    Contoh: Menyusun langkah-langkah pemeriksaan di Bagian Produksi:

    a. Mintakan peraturan maupun kebijakan yang terkait dengan bagian produksi maupun yang terkait dengan akuntansinya;
    b. Pelajari sistem pengendalian intern (SPI) Bagian Produksi serta;
    c. Lakukan complaince tes atas SPI yang dimiliki.
    d. Lakukan substantif tes atas rekening akuntansi yang terkait dengan Bagian Produksi;
    e. Susun KKP (kertas Kerja Pemeriksaan) sesuai juknis pemeriksaan kemudian,
    f. Buatlah temuan pemeriksaan atas dasar KKP yang saudara susun.

    Kita melangkah pada kegiatan’

    Pemeriksaan (cek) atas penyusunan P-2: Pemeriksaan pada media perumusan kalimat serta contennya (isi) . Perumusan kalimat yang seperti apa akan berpotensi menimbulkan kesalahan dalam mempraktekan P-2? Diantaranya kalimat yang menimbulkan multi tafsir. Sedangkan pemeriksaan pada aspek isi (conten) yakni kita cek apakah isi P-2 sesuai dengan data/informasi yang diperoleh dalam kegiatan “desk audit”. Linieritas antara hasil “desk audit” dengan rumusan program pemeriksaan merupakan titik kunci keberhasilan pemeriksaan.

    Demikian kegiatan plan do chek pada manajemen pemeriiksaan . Semoga Bermanfaat…..

    Salam untuk Tiem Majalah” VALUTA” FE UNS.

    081326993728 (Indras WW)

  3. TANTANGAN PARA ILMUAN DAN PRAKTISI MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI VOLUME EMPAT

    Bukan eforia, namun pelan dan pasti Indonesia akan terimbas adanya Revolusi Industri volume Empat. Ditandai oleh dua variable, yakni variabel padat modal serta padat teknologi. Contoh riil saat ini terasa pada aspek teknologi informasi yang merambah di semua aspek kehidupan baik di pemerintahan maupun di sektor swasta. Kecepatan, ketelitian serta jumlah data/informasi yang bisa diproses oleh teknologi informasi menjadi ciri utamanya. Dengan demikian semua aktivitas, baik aktivitas logistik, produksi, keuangan maupun pemasaran memerlukan bantuan teknologi informasi. Bagi para praktisi kondisi ini harus segera disikapi secara positip untuk menghindari ancaman dan menangkap peluang bisnis guna bisa meraih pangsa pasar yang lebih luas. Nah oleh karena itu, perlu kesiapan baik dana, SDM maupun lingkungan yang bisa merangsang dukungan perkembangan dari perubahan yang sangat cepat. Minimal bisa berada pada posisi kestabilan usaha (sustainability) kemudian baru bisa melangkah pada perkembangan selanjutnya.

    Para Praktisi memang pihak yang paling awal harus menyikapi adanya perubahan yang sangat cepat ini karena dampak dari perdagangan global dunia yang kadang tidak mengenal belas ksh. Hingga hal ini harus disikapi dengan strategi baru, baik dengan strategi penciutan maupun startegi diversifikasi usaha. Langkah nyata diantaranya perlu terobosan namun masih tetap dalam kerangka mencapai tingkat efisiensi usaha.

    Bagi sektor pemerintah tentunya akan segera menjembatani kebutuhan dunia usaha baik dengan mempermudah perijinan maupun menyiapkan infrastrukur guna mempermudah pergerakan bahan baku maupun produk barang maupun jasa. Sektor perdagangan strategis seperti listrik, minyak, kebutuhan sembilan bahan pokok, transportasi dan sejenisnya harus dilakukan pengawasan lebih ketat, apa lagi Indonesia masih dalam posisi masyarakat yang majemuk dimana tinggal bukan hanya di kota saja. Sektor tersebut sangat beresiko bila tidak diperhatikan, karena ekonomi juga harus didukung aspek kestabilan baik keamanan, politik maupun sosial, agama dan budaya. Jadi walalupun kita menjemput era Revolusi Industri namun aspek tersebut tetap menjadi titikperhatian.

    Lalu apa yang menjadi tantangan para ilmuan menghadapi revolusi industri ini?

    Metode baru maupun cara baru harus segera ditemukan untuk menjemput era yang serba cepat ini. Karena keterbatasan sumber ekonomi serta SDM maka kita harus berstrategi baik untuk merubah pola pikir maupun merubah alat . Nah disini peran perguruan tinggi untuk mengawal era ini sesuai kompetensi yang dimiliki. Penemuan baru, baik dengan re einering maupun sama sekali baru sangat ditunggu oleh masyarakat luas. Contoh: Penemuan alat bajak baru, penemuan teknologi kerangka baja untuk rumah anti gempa, penemuan mobil listrik, penemuan alat penghemat energi, penemuan alat deteksi penyakit, penemuan pengembangan ekonomi UKM, penemuan software audit sistem informasi, Dsb.

    Segala penemuan baru akan muncul baik dirintis oleh para ilmuwan maupun oleh para praktisi guna menyelaraskan dengan perkembangan dunia yang sangat cepat ini. Ini merupakan tantangan keduanya agar kita tidak kalah bersaing dengan negara negara lain, yang juga akan menerobos masuk wilayah Indonesia sebagai konsekuensi kita ikut perjanjian dagang dunia pada berbagai bidang. Semua itu perlu kesiapan, demikian semoga bermanfaat.

  4. PRAKTEK METODOLOGI PENELITIAN DI LAPANGAN

    Ketika kuliah di FE UNS Solo serta di Program Magister Manajemen UPI YAI Jakarta, saya berpikir bahwa mempelajari mata kuliah metodologi penelitian itu hanya untuk membuat skripsi maupun untuk membuat tesis saja. Di dalam praktek untuk kegiatan apapun perlu pengetahuan metodologi penelitian. Contoh: Kegiatan pemasaran, ada variabel produk yang harus diarahkan kemana saja, agar banyak konsumen potensial yang tertarik, tentunya dengan didukung variabel pendukung dari produk tersebut, baik variable kemasan maupun variabel purna jual.

    Bagaimana agar variabel tersebut bisa menjadi pemicu variabel penjualan pada target yang ditentukan? Bila didekati dengan hitungan matematika maka variabel tersebut harus memiliki slope tingkat kemiringan yang tinggi pada calon konsumen yang di bidik. Tentunya pemilihan calon konsumen hendaknya sesuai terget segmen konsumen yang di harapkan, baik segmen konsumen dari tingkat status sosialnya, segmen tingkat pendidikan maupun segmen dari tempat tinggal geografisnya.

    Setelah terpetakan segmennya, baru melangkah di lapangan, untuk mencari populasi yang sudah dipetakan tadi. Walalupun ada produk yang dijual dengan teknik campuran atau teknik lintas segmen seperti: sikat gigi,odol maupun sabun, sampo, peci, sarung, kerudung, flesdisk, sembilan kebutuhan pokok, ATK, perbankan, pendidikan, sayur mayur DST ;

    Lebih enak ketika sudah mengetahui tingkat posisi pasar atas produk kita, kita tinggal mengarahkan para “FOLOWER” kita. Sembunyi dimanapun tetap di cari oleh konsumen yang berkarakter setia…

    Maka penting untuk membangun konsumen, yang bertipe setia serta mencintai aroma sugesti. Contoh konsumen yang setipe ini, yakni: pecinta museum, pecinta barang antik, pecinta produk sintetis, pecinta produk alternatip.

    Bila kita memiliki produk yang seperti ini maka variabel pemasaran tentunya akan berbasis pada tipe karakter konsumen yang mirip di atas. Mudah mengarahkan nya dan mudah pula untuk direspon. Contoh: Poduk yang sudah jenuh di jakarta, maka bisa di arahkan ke area Jawa Tengah/ Yogyakarta/Solo…

    Karena wilayah tersebut memiliki ciri sosiologi yang khusus dan unik maka tekniknya juga harus menyesuaikan. Karena teknik boleh berubah namun pola adalah tergolong ilmu murni (pure science). Idealnya memang kita harus tahu beda antara teknik dengan pola…..agar dalam mengarahkan variabel itu efektif namun efisien. Tingkat respon atau bahasa statistiknya tingkat slope menjadititikkunci untuk mengarahkan serta meng isolasikan. Hingga bisa fokus pada obyek yang dituju, untuk memperkecil koefisien determinasinya hingga pada gilirannya koefisien regresinya menjadi besar. Walaupun luas rentang kali menjadi kecil.

    Demikian semoga bermanfaat….

  5. JUDUL: BAGAIMANA PREDIKSI PENCIUTAN ESELON DI PEGURUAN TINGGI MENUJU PROFESIONALISME JABATAN FUNGSIONAL.

    Gebrakan BPK Presiden Insinyur Jokowi dan Wapres Pof,DR. Maruf Amien di Jilid Dua ini harus disikapi secara positip oleh semua jajaran birokasi baik di intansi pemerintah non pendidikan maupun pada entitas pendidikan. Jabatan eselon tiga serta empat akan dihapus sehingga tinggal eselon dua dengan eselon satu. Semua akan diarahkan pada jabatanfungsional. Hal itu bertujuan untuk mempercepat mengantisipasi perkembangan global yang membutuhkan kecepatan pelayanan di bidang apapun termasuk di perguruan tinggi.

    Perguruan Tinggi yang mengemban amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi harus bisa segera menyesuaikan jika rencana ini akan segera di belakukan, lebih lebih perguan tinggi merupakan ujung tombak masuknya ilmu pengetahuan yang beraroma global. Nantinya jabatan tinggal Rektor serta Dekan, kemudian wakilnya seperti pembantu rektor dan pembantu dekan akan di buat nomen klatur apa, kita tunggusaja. Pengalaman saya ketika di STIE Muhammadiyah Tangerang membantu ketua STIEM memiliki job administrasi pendidikan untukjurusan akuntansi. Serta adapekerjaan terkait dengan jurusan yakni menyeleksi judul skripsi serta juga menyusun penguji serta jadual ujian pendadaran. Selain itu juga mengkoordinasi soal ujian baik ujian mid maupun semester hingga pengumpulan nilainyaserta koordinator hasil ujian untuk penginputan ke teknologi informasinya.

    Nah pekerjaan seperti itu tentunya nanti akan diserahkan ke staf akademik yang langsung di bawah Dekan. Kecuali pekerjaan menyeleksi judul skripsi, barangkali akan dilakukan pejabat fungsional yang entah apa namanya , karena terkait dengan kompetensi keahlihan jurusan. Dengan semakin banyaknya pekerjaan akademik ditangani oleh pejabat fungsional maka akan semakin tinggi “quality incurance” nya. Selain itu pencapaian tri dharma perguruan tinggi akan semakin mudah dalam mencapai target yang telah di tetapkan, baik di bidang pendidikan, penelitian serta pengabdian masyarakat. Jabatan fungsional akan meningkatkan kompetensi baik dari jumlah target yang ditetapkan serta dari pencapaian standar yang ditetapkan. Para dosen lebih fokus kepada pekerjaan yang dituntut dalam angka kredit jabatan fungsional, baik dalam hal pendidikan , penelitian, maupun pengabdian masyarakat. Hingga pekerjaan administrasi bisa terkurangi.

    Bagi para Dekan maupun Rektor akan lebih fokus untuk masalah menjalin hubungan secara eksternal terkait dengan unsur tri dharma perguruan tinggi. Peran fakultas untuk mendukung visi serta misi rektorat akan lebih memiliki energi serta sinergi yang optimal. Tentunya termasuk pelayanan kepada peserta didik guna mendukung keberhasilan mereka dalam menuntut ilmu. Bagaimana bentuknya nanti, baik nomen klaturnya maupun job descriptionnya setelah eselon empat serta tiga dihapus, kita tunggu saja……barang kali tahun 2020 dst…………

  6. MEMBANGUN KUBU PERSAINGAN UNTUK MENCIPTAKAN GAIRAH ENERGI.

    Barangkali yang namanya persaingan itu identik dengan terjadi secara otomatis. Nah era kekinian itu boleh beda bahwa yang namanya persaingan itu bisa di bangun oleh TOP Manajemen untuk menggairahkan organisasi. Hingga akhirnya organisasi akan hidup menyinari lingkungan maupun para A nggota.

    Contoh: Ada perebutan kursi Eselon Dua, maka Top Manajemen telah membuat target IKU aliyas Indikator Kinerja Utama, para pejabat Eselon Tiga. Ini Otomatis pencapaian target akan membuat kubu persaingan berebut Eselon Dua. Di sini otomatis namun ada cara lain yang bisa membuat persaingan lebih seeruuuuu.

    Bila jamandulu Kalla peranan dharma wanita sangat menentukankarier swaminya, Nah disini ada para mater lain yang menjadi pertimbangan TOP Manajemen tentang kinerja seseorang. Memang kriteria tertulis tidak jelas, namaun TOP Manajjemen instingnya bisa dimainkan untuk menggairahkan persaingan perebutan kursi. Para Ana- Lis akan sibuk menerka siapakah yang akan dipilih menjadi Eselon dua.

    Pengumuman bisa mengagetkan serta menggemparkan, karena targettopmanajemen adalah menggairahkan Organisasi hingga para ANA LIS bisa dibuat terbengong-bengong. itulah manajemen strategi mulai dimainkan ples manajemen resiko. Sebuwah kolaborasi yang biasanya diampu oleh dosen berbeda namun dalam praktek tidak bisa dipisahkan.

    Lalu pertanyaannya: Mungkinkah mata kuliah keduanya di jadikan satu? Salam buat Ibu Dekan Satu FE UNS 2019. Demikian Semoga Bermanfaat……

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*